Marsekal Madya TNI Dr. Arif Mustofa, M.M., CGRE., lahir di Semarang pada tanggal 21 Oktober 1967. Diterima sebagai Calon Prajurit Taruna dan dilantik oleh Presiden RI sebagai Letda tahun 1988. Pada tanggal 17 November 2023 dilantik menjadi Komandan Komando Pembinaan Doktirn, Pendidikan, dan Latihan TNI Angkatan Udara sampai sekarang.
Masa Perjuangan Kemerdekaan
Kekalahan Bala Tentara Jepang terhadap kedahsyatan Pasukan sekutu di seluruh Republik pada tahun 1945 telah membuat kocar kacir unit pasukannya, begitu juga dengan unit tentara udaranya di Polonia Medan yang juga tak luput dari bombardir pesawat-pesawat sekutu. Kesempatan ini di manfaatkan oleh Letnan Khasmir untuk membentuk Bala Tentara Udara Republik di Polonia. Bala Tentara Udara ini bertugas untuk merampas senjata dan suku cadang pesawat milik Jepang yang tersimpan di gudang-gudang Polonia untuk di manfaatkan oleh TKR Udara. Selanjutnya Khasmir membentuk TKR Udara Berastagi. Sementara itu di bekas lapangan udara milik Jepang di Desa Padang Cermin Kabupaten Langkat 40 km dari Medan telah pula terbentuk TKR Udara Padang Cermin di bawah pimpinan Kapten Abdul Karim Saleh, yang kemudian lapangan terbang ini sempat menjadi Pusat AURI di Sumatara Timur pada tahun 1946 di awal terbentuknya Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI).
Penyerahan Belanda kepada Repubilk
Seperti semua Pangkalan Udara lain pada saat setelah Belanda takluk kepada Pemerintah Republik Indonesia belum sepenuhnya mereka serahkan kepada Tentara Republik Indonesia. demikian juga dengan Pangkalan Udara Polonia Medan. Baru pada tanggal 18 April 1950 “Militaire Luchtvaant” Kerajaan Belanda dengan di wakili tiga perwiranya, dua diantaranya Kapten Benjamin dan Kapten Sthud rnenyerahkan kepada pemerintah RI yang di wakili oleh Kapten Udara Mulyono sebagai Komandan Lanud Medan yang pertama. Penyerahan dilaksanakan dengan Upacara Militer yang di hadiri oleh seluruh anggota AURI yang ada di Sumatera Utara dan Aceh bertempat di depan Markas Lanud Medan.
Setelah serah terima Lanud Medan dan Kerajaan Belanda ke Angkatan Udara Republik Indonesia maka dimulailah pengoperasian Lanud Medan yaitu dengan datangnya Deploy pesawat — pesawat AURI, seperti Mustang. Harvard dan lain-lain, Komandan Lanud Medan Kapten Udara Mulyono sendiri ikut menerbangkan pesawat Mustang yang standby di Lanud Medan. Tidak beberapa lama kemudian pada tahun 1951 untuk melengkapi struktur organisasi Pangkalan Udara Medan, sekaligus antisipasi kemungkinan ancaman terhadap keamanan Pangkalan maka di bentuklah Batalyon PGT pertama di Medan yaitu Batalyon Tempur C PGT Medan, dan yang menjabat sebagai Komandan Batalyon adalah LU I Yatiman.
Pemberontakan PRRI Nainggolan
Masa pemberontakan PRRI di Sumatera khususnya di Kota Medan pada tahun 1957 juga tidak terlepas dari perjalanan sejarah keberadaan Lanud Medan, hal itu terbukti dengan telah dijadikannya Lanud Medan sebagai sasaran tembakan senjata lengkung pemberontak, tidak kurang tiga lubang bekas jatuhnya peluru hampir melubangi landasan dan satunya jatuh disebelah kanan pegawai sipil persenjataan atau lebih kurang sepuluh meter dari gudang senjata namun peluru tidak meledak, untungnya lagi saat sebelum terjadinya serangan, para penerbang telah terlebih dahuhu menerbangkan pesawat-pesawatnya rneninggalkan Medan.
Serangan yang di lakukan pemberontak hanya dengan penembakan senjata lengkung tanpa ada upaya mereka untuk mencoba masuk ke areal Lanud, hal ini dikarenakan sebelumnya pemberontak sudah mengetahul bahwa areal Lanud di jaga oleh Pasukan Partahanan Pangkalan yang sangat militan dan akan sulit untuk menembusnya. Silahkan Pemberontak Masuk Pangkalan… Akan saya habisi mereka” Demikian teriakan yang dilontarkan Letnan Hanizt perwira Belanda yang tidak mau kembali ke tanah airnya dan lebih memilih bergabung dengan AURI sabagai Pasukan Pertahanan Pangkalan.
Sehari setelah terjadinya serangan pemberontak ke Lanud Medan ke esokan paginya di laksanakan serangan balasan oleh AURI dengan membombardir tempat pengunduran pasukan pemberontak di Jalan Binjai Stasiun Pemancar RRI dengan tiga pesawat Mustang yang salah satu penerbangnya adalah Letnan Udara II Suwondo. Pasukan pemberontak di bawah pimpinan Letkol Nainggolan akhirnya lari menuju daerah Tapanuli untuk bergabung dengan Pasukan Pemberontak lain di Sumatera Barat di bawah pimpinan Ahmad Husein. Siangnya, Suwondo pada periode kedua terbang melakukan pengejaran, namun naas Suwondo terbang terlalu rendah dan tertembak oleh anak buah Nainggolan di Desa Tangga Batu Tapanuli, Suwondo gugur. Sebelum jenazah di jemput personal AURI dari Lanud Medan, anak buah Nainggolan masih sempat melaksanakan panghormatan militer kepada Almarhum di dekat reruntuhan pesawatnya. Untuk mengenang jasa Almarhum Letnan Udara II Suwondo namanya di abadikan rnenjadi nama perumahan Komplek Suwondo Lanud Medan
PASCA LIKUIDASI ORGANISASI
Setelah likuidasi Organisasi, Pangkalan TNI Angkatan Udara Medan di jadikan Pangkalan Operasi dibawah jajaran Komando Operasi TNI Angkatan Udara I yang berkedudukan di Jakarta. Pada era ini Lanud Medan telah di jadikan sebagai Pangkalan tempat pelaksanaan latihan bersama dengan negara negara tetangga sewawasan, dan pada era ini juga Pangkalan TNI Angkatan Udara Medan di resmikan oleh Menhankam Pangab yang saat itu di jabat oleh Jendral TNI M. Yusuf sebagai Lanud tempat Dislokasi Satuan Tempur Udara Pesawat “A 4 Sky Hawk” Berlanjut terus sampai kemudian kedatangan pesawat-pesawat tempur baru menyusun kekuatan baru di jajaran Koopsau I yaitu pesawat Hawk yang di tempatkan di Skadron Udara I Supadio dan Skadron Udara 12 Pekanbaru maka sejak saat itu Lanud Medan tidak lagi di jadikan Pangkalan Udara tempat pelaksanaan Latma.
Keberadaan, Tugas dan Fungsi Pangkalan TNI Angkatan Udara Medan baik itu sebagai Satuan Pelaksanaan Pembinaan maupun sebagai Satuan Pelaksanaan Operasi di jajaran Koopsau I tetap memegang peranan penting sampai saat ini, terutarna sebagai penopang terdepan pelaksanaan Operasi Terpadu di Nanggroe Aceh Darussalam yaitu Operasi Pemulihan Keamanan yang sedang berlangsung. Segala macam fasilitas dan sarana yang ada di Lanud Medan di tambah dengan personil-personil yang terlatih akhirnya merupakan suatu kesiapan yang masih dapat di andalkan untuk mendukung segala macam Operasi Udara dan Operasi Gabungan. Hal ini dibuktikan dengan telah berhasilnya digelar Operasi PPRC TNI 2003 sebagai awal pemberlakuan Darurat Militer di NAD. Ribuan personil dan puluhan pesawat berada di Lanud Medan dapat di dukung dengan baik, hal yang sangat menbanggakan adalah ketika di penghujung tahun 2004 terjadi Bencana Alam Gempa Tektonik dan Badai Tsunami, Lanud Medan dijadikan Pusat Penanggulangan Bencana Nanggroe Aceh Darussalam den Sumatera Utara sehingga seluruh Dunia Penerbangan lebih mengenal Lanud Medan di banding Bandara atau Lanud lain. Dengan tercatat sebagai Lanud Tersibuk Di Dunia 298 flight setiap hari dalam dan luar negeri pada Penanggulangan Bencana Alam tersebut. Sesuai Keputusan Wapres, Gubsu sebagai Kasatkorlak dan Komandan Lanud Medan Kolonel Pnb Sudipo Handoyo sebagai Ka Satgasops yang membawahi Satgas Udara, Satgas Darat dan Satgas Laut dalarn penyaluran bantuan evakuasi dan kegiatan-kegiatan angkutan lainnya.
Penggunaan Pataka dan Badge Komando Operasi TNI AU II ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Nomor : Kep/82/XII/1985, tanggal 23 Desember 1985.
Setelah kemerdekaan diproklamirkan, para pejuang segera merebut obyek-obyek vital dari Jepang termasuk pesawat-pesawat dengan jenis Ki-51 Guntai, Ki-43 Hayabusa, Ki-36/55 Cukui, Ki-5 Y1 Curen dan Ki-79 B Nishikoren, Dakota, Avro Anson dan PBY-5A Catalina. Kemudan pesawat-pesawat tersebut diperbaiki dengan fasilitas dan materiil yang serba kurang. Namun dengan tekad yang kuat dari para pejuang tersebut, pesawat Curen berhasil diterbangkan oleh Bapak Agustinus Adisutjipto, disusul kemudian dengan berhasilnya pesawat Nishikoren mengudara.
Pada masa itu, sangat dibutuhkan penerbang-penerbang untuk mengawaki pesawat-pesawat peninggalan Jepang, sementara penerbang yang ada sangat terbatas. Untuk itu didirikan Sekolah Penerbang yang bersifat darurat di Pangkalan Udara Maguwo pada tanggal 15 November 1945 yang dipimpin oleh Bapak Agustinus Adisutjipto. Setelah sekolah ini dibuka, disusul dengan penggabungan pendidikan penerbangan di Pangkalan Udara Bugis Malang yang bersifat kursus kilat. Siswa-siswanya terdiri dari bekas siswa Aspirant Vrijiwillig Kortverband, yang telah memiliki Klein Brevet, bekas siswa pendidikan Vrijwillig Vlieger Corp (VVC, bekas siswa Aspirant Onder Officer Kortverband Keerling Vlieger yang belum mendapat brevet maupun pemuda-pemuda pejuang lainnya yang sama sekali belum pernah menerima pendidikan penerbang. Sekolah ini bersifat “Dual Mission” yang artinya disamping melaksanakan latihan-latihan terbang juga melakukan tugas-tugas operasi, baik pesawatnya maupun siswa dan instrukturnya . Hasil pendidikan penerbang pertama ini kemudian diikutsertakan dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Dengan perkembangan tugas dan fungsi Angkatan Udara, maka diperlukan peningkatan personel secara kualitas maupun kuantitas, sehingga Pimpinan Angkatan Udara mendirikan berbagai pendidikan yaitu :
1. Sekolah Teknik Udara, yang diresmikan pada tanggal 30 September 1946 di Pangkalan Udara Maospati Madiun ( sek. Lanud Iswahyudi Madiun).
2. Sekolah Polisi Angkatan Udara, yang diresmikan pada tanggal 1 November 1946 di Pangkalan Udara Maguwo, Yogyakarta ( sek. Lanud Adisutjipto).
3. Sekolah Pasukan Pertahanan Pangkalan, yang diresmikan pada awal tahun 1946 di Pangkalan Udara Bugis Malang ( Sek. Lanud Abdulrachman Saleh).
4. Sekolah Radio Telegrafis Udara, yang diresmikan pada tanggal 3 Maret 1947 di Pangkalan Udara Bugis Malang ( Sek. Lanud Abdulrachman Saleh).
5. Kursus Jumping Master yang diteruskan dengan berdirinya Sekolah Pasukan Payung (Paratroop) diresmikan awal tahun 1946 di Pangkalan Udara Maguwo.
Untuk mendidik awak penerbang tidak hanya dilakukan di dalam negeri saja, namun juga mengirimkan para kadet untuk mendapat pendidikan ke luar neger dan salah satunya adalah ke India, yang tujuannya tidak hanya pengetahuan dan pengalaman namun memuat orientasi politik agar mendapat simpati dari pemerintahan India terhadap perjuangan rakyat Indonesia melawan Belanda.
Dengan kondisi organisasi TNI AU yang semakin berkembang dan maju, tanggal 11 Desember 1950 Kasau mengeluarkan Surat Keputusan KSAU No. 35/Instr/KS/50 tentang Pendidikan dan Latihan. Adapun Pendidikan dan Latihan yang dimaksud meliputi :
Untuk mewadahi pendidikan-pendikan yang semakin berkembang, maka tanggal 15 Juli 1952 dibentuk badan yang bertugas melaksanakan pendidikan di lingkungan Angkatan Udara yang diberi nama “Komando Pendidikan”. Badan ini mengkoordinasikan berupa depot-depot pendidikan dan latihan yang merupakan sub Komando Pendidikan dibawah Komando Pendidikan yang bermarkas di Pangkalan Udara Cililitan ( sekarang Lanud Halim Perdanakusuma).
Perkembangan pendidikan di lingkungan TNI AU terus melakukan penyempurnaan-penyempurnaan, sehingga pada tanggal 1 April 1954 diselenggarakan susunan dan penyatuan sekolah pendidikan. Sub-sun komando pendidikan dirubah menjadi kesatuan-kesatuan pendidikan yaitu :
Dengan adanya penyempurnaan organisasi Angkatan Udara, maka Komando Pendidikan mengalami perubahan pula baik dalam susunan maupun tempat pendidikan yang diwujudkan dalam Wing pendidikan.
Pada tahun 1960, Angkatan Udara mendidik calon-calon perwiranya dalam satu Akademi, yang kemudian peresmiannya dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 1965 dengan Surat Keputusan Men/Pangau Nomor : 52 Tahun 1965. Pada saat itu pataka AAU “ Vidya Karma Vira Paksa” diserahkan oleh Presiden RI kepada Komandan Jenderal AAU. Tugas AAU adalah mendidik semua calon perwira TNI AU meliputi penerbang, Navigator, Teknik, Materiil dan lain-lain. Kemudian dengan terbentuknya Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, maka pada tanggal 5 Oktober 1966 AAU diintegrasikan ke dalam AKABRI. Setahun kemudian dibentuk Wing Sekolah Penerbang yang secara organisatoris di bawah AKABRI Bagian Udara. Tahun 1968 Wing Sekolah Penerbang dirubah menjadi Wing Pendidikan dan secara resmi tahun 1968 Wing Pendidikan 1 dihidupkan kembali berdasarkan Surat Keputusan Pangau NO.22 tanggal 21 April 1969 tentang penempatan Wingdik 1 di bawah Komando Pendidikan.
Kodikau terus berkembang sesuai dengan perkembangan organisasi Angkatan Udara. Nama kesatuan pendidikan berubah menjadi Skadron Pendidikan. Kodikau mempunyai 4 Wingdik dan tiap Wingdik membawahi skadron-skadron pendidikan .. Akan tetapi ada Skadron Pendidikan ( Skadik) dan Sekolah Bahasa ( Sesa) yang berdiri sendiri dan berada langsung di bawah Kodikau yaitu:
Dalam rangka efisiensi maka berdasarkan Keputusan Kasau Nomor: Kep/19/V /1978 tanggal 27 Mei 1978 dan Skep Danjen Kodikau Nomor: Skep/159/VII/1978 tanggal 20 Juli 1978, diresmikan berdirinya Wing Pendidikan 5 yang Markasnya di Lanud Halim Perdanakusuma.
Wing Pendidikan ini membawahi Skadik 005, Skadik 007 dan unit-unit Laboratorium Bahasa Inggris. Skadik 005 selanjutnya berubah nama menjadi Skadik 501, sedangkan unit-unit Laboratorium Bahasa Inggris ditingkatkan menjadi Skadik 502, dan Skadik 007 berubah menjadi Skdik 503.
Sebagai hasil” regrouping” beberapa Skadron Pendidikan dan sekolah Bahasa Inggris, maka penggelenggaraaan pendidikan dalam pembinaan Kodikau meliputi :
a. Sekolah Penerbang dan Sekolah Navigator.
b. Sekolah Instruktur Penerbang dan Navigator
c. Pendidikan Standarisasi Penerbang bagi lulusan penerbang yang dididik di luar Negri.
d. Sekolah Perwira Keamanan Terbang
e. Sekolah Perwira dan BIntara Wanita TNI AU.
Wingdik 1 membawahi 4 Skadron dan 1 Skadron Pemeliharaan yaitu:
a. Skadik 101 menyelenggarakan Pendidikan / Latihan terbang mula dengan menggunakan Pesawat Bravo.
b. Skadik 102 menyelenggarakan pendidikan / Latihan dengan menggunakan Pesawat T- 34 C
c. Skadik 103 menyelenggarakan Pendidikan / Latihan dengan menggunakan Pesawat HS Hawk.
d. Skadik 104 menyelenggarakan Pendiikan “ Ground School”.
e. Skadik pemeliharaan 043 menyelenggrakan memeliharaan / perwatan seluruh Pesawat yang digunakan untuk Latihan terbang.
2. Wing Pendidikan 2, bermarkas di Lanuma Sulaiman mempunyai tugas pokok penyelenggaraan pendidikan komunikasi dan elektronika (Komlek) untuk menghasilkan personel yang mampu mengoperasikan dan memelihara peralatan komunikasi dan elektronika serta menyelenggarakan pendidikan lainya seperti Para dan Kesehatan sebagai titipan dari Wingdik 4 dan Wingdik 5.
Wingdik 2 membawahi 3 Skadron Pendidikan, yaitu :
a. Skadik 210 menyelenggarakan pendidikan Para Dasar dan Kemiliteran.
3. Wing Pendidikan 3, bermarkas di Lanud Kalijati, yang bertugas menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan personel yang dapat memelihara alat utama ssitem sejata Udara TNI Angkatan Udara dan sarana pendukungnya, disamping itu juga melaksanakan tugas yang lain, misalnya melaksanakan pendidikan Sekolah Tamtama Sukaraela (Setamiluk). Wingdik 3 Skadron yaitu:
4. Wing Pendidikan 4, bermarkas di Lanud Adisumarmo, bertugas menyelenggarakan pendidikan kemiliteran kejuruan serta Instruktur Terbang Layang, Aero Modeling dan Perwira Militer Wajib ABRI. Wingdik 4 membawahi 3 Skadron Pendidikan dan Sekolah Perwira Militer Wajib ABRI, yaitu:
a. Skadik 401, menyelenggarakan Sekolah Kejuruan : Provost TNI AU, Secapa, Gizi , Radar, Mekanik ,Jasmani Militer, Pembekalan Materiil, Secapa pasukan / Pasgat, Bamilwa Jas / Kes Bagumil, Susbain dan Ba Administrasi Khusus ( Sandi, Intel ).
b. Skadik 402, menyelengarakan : Sekolah Dasar Pewira ( Sedaspa) , Sekolah Dasar Kemiliteran Tamtama, Sekolah Bintara Pendidikan Jasmani, Sekolah Bintara Tinggi Pelatih Panja / Kemil, Up Grading Bintara, Up Grading WPU 200 /400, Secapa, secaba dan Instruksi Latihan Komando.
c. Skadik 403, menyelenggarakan Sekolah Terbang dan Instruktur Terbang Layang Sekolah Instruktur Aero Modeling dan Peroketan / Pramuka, serta Sekolah Kejuruan Pasukan.
d. Sepamilwa ABRI.
5. Wing Pendidikan 5, bermarkas di Lanud Halim Perdana Kusuma yang bertugas menyelenggarakan pendidikan keahlian/kecabangan Perwira serta kejuruan Bintara dan Tamtama yaitu Intel, Sandi, Guru Militer, Keuangan, Hukum, Materiil, Persekretariatan, Penerangan dan Bahasa Inggris. Wing Pendidikan 5 membawahi 3 Skadron Pendidikan yaitu :
a. Skadik 501, menyelenggarakan Pendidikan Pemotretan Udara, Sekolah Guru Militer, Sekolah Perwira Bekum.
1) Skadik 502, menyelnggarakan Sekolah Bahasa Inggris.
2) Skadik 503, menyelenggarakan pendidikan kejuruan-kejuruan Ba Personel, Ba Meteo / Pllu, Ba Sekretariat, Ba Penerangan dan Ba Keuangan.
6. Sekolah Komando Kesatuan TNI AU (Sekkau ). Sejak berdirinya Sekkau Tahun 1966, pengelolaannya diselenggarakan bersama Seskoau di bawah Institut Angkatan Udara (INSAU), berdasarkan Keputusan Kasau Nomor : Kep/II/IV/ 1975 tanggal 2 April 1975 Insau dibubarkan. Selanjutnya berdasarakan Instruksi Kasau Nomor : Ins /12/V/1974 Sekkau masuk di bawah pembinan Kodikau. Tugas Pokok Sekkau adalah mendidik Perwira berpangkat kapten dan Mayor untuk dipersiapkan menjadi calon pimpinan menengah. Kampus Sekkau semula di Jalan Budi Kemulyaan Jakarta, kemudian pindah di Komplek Markas Wingdik 5 di Lanud Halim Perdanakusuma pada tanggal 12 September 1978.
7. Kursus Jabatan Perwira Staf (Susjabpastaf). Pembentukan Susjabpastaf berdasarkan Suarat Keputusan Kasau Nomor : Skep/40/VIII/1977 tanggal 15 Agustus 1977, langsung bernaung di bawah pembinaan Kodikau. Tugas Pokok Susjabpastaf adalah menyelenggarakan pendidikan pengembangan spesialisasi bagi perwira Menengah TNI AU untuk meningkatkan kemampuan di bidang menejemen dan Staf agar mampu menduduki jabatan Staf sesuai bidang masing-masing di mana dipersyaratkan berkualifikasi Staf mum. Kampus Susjabpastaf pada mulanya berada di Komplek Wingdik 5 kemudian pada tanggal 16 Oktober 1977 pindah tempat di Jalan Budi Kemulyaan 16 Jakarta. Kemudian tanggal 3 Desember 1977 Susjabpastaf diganti dengan nama Sekolah Staf TNI AU ( Sesau).
Kemudian berdasarkan Skep Menhankam Pangab Nomor : Skep/1036/IX/1981 tanggal 7 September 1981 tentang Penyelenggaraan Sekolah Penerbang ABRI IDP Thun 1981/1982 dan ditindaklanjuti dengan Keputusan Kasau Nomor : Skep/001/I/1982 tanggal 2 Januari 1982 tentang pembukaan Sekbang IDP A-1.
Tahun 1985, kembali terjadi perubahan di jajaran Kodikau dengan diserahkannya Sesau ke Seskoau, Skadik 201,202,203 diserahkan ke Wingdik 2 Lanud Sulaiman, Skadik 401, 402, 403 diserahkan ke Wingdik 4 Lanud Adi Soemarmo, Skadik 101, 102, 104, diserahkan oleh Wingdik ke Lanud Adsutjipto, Skadik 103 dilebur menjadi Skadron 15 Lanud Iswahyudi, Wingdik 3 berubah nama menjadi Wingdiktekkal, Wingdik 5 menjadi Wingdikum.
Untuk mempermudah koordinasi dengan Mabesau, Kotama dan satuan jajaran, Kodikau sesuai Keputusan Kasau Nomor : Kep/5/IV/2001 tanggal 16 April 2001 melaksanakan pemindahan kedudukan Markas Kodikau dari Surabaya ke Jakarta. Tahun 2002, reorganisasi kembali dilakukan di Kodikau dengan penambahan satu direktorat yaitu Ditbinkur Kodikau, yang sebelumnya berada di Disdikau. Kemudian Kasau mengelurkan Keputusan Nomor : Kep/14/IX/2002 tanggal 20 November 2002 tentang Perubahan Fungsi Skadik 402 dan 405 Lanud Adi Soemarmo serta Skadik 202,203 dan 204 Lanud Sulaiman yang berada di jajaran Kodikau.
Validasi yang dilaksanakan adalah merubah fungsi skadik 402 Lanud Adisoemarmo yang sebelumnya melaksanakan Sesarcab Paskhas dan Pomau menjadi Sejurba (ISD) Radar, Sejursarta Radar dan Sejurlata Radar. Skadik 405 yang sebelumnya melaksanakan Dikjurba/Ta Pomau, Dikjurba/Tajasmil, Sejurba ISD Radar kini melaksanakan pendidikan Secabpa Pomau, Dikjurba/ Ta Jasmil.
Skadik 202 Lanud Sulaiman yang sebelumnya melaksanakan Sesarcablek, Susbamenjurlek dengan fungsi barunya melaksanakan pendidikan Sesarcablek, Susbamenjurlek, Seharkomalbanav (ISD), Sejurbakomalbanav (Non ISD), Sejurtakomalbanav dan Susujurlata Komalbanav.
Skadik 203 yang sebelumnya melaksanakan pendidikan Sesarlek ( Sejurbalek ISD), Sesarharrad (ISD), Sesarharalnavud (ISD), Sejurbajurkom (Non ISD), Sejurbamonponlek (Non ISD) Sejurbaradar ( Non ISD) kini melaksanakan pendidikan Sesarlek ( Sejurba ISD), Seharavionik/alnavud (ISD), Sejurbaavionik/alnavud (Non ISD), Susjurlataavionik/alnavud dan Sejursartaavionik/alnavud.
Skadik 204 fungsi lama melaksanakan Sejurtajurkom, Sejurtamondar, Sejurtaavionik, Sejurtradar, Sejurlatajurkom, Susjurlatamonponlek, Susjurlatamondar, Susjurlataavionik, Susjurlataradar, Separadas, Susinpara melaksanakan fungsi baru Sesarcab Paskhas, Susbamenjur Paskhas, Sejurba Paskhas, Susjurlata Paskhas, Sejursarta Paskhas, Separadas dan Susinpara.
Pada awalnya Kodikau memperingati Hari Jadinya setiap tanggal 15 Juli, dengan dasar mulai diresmikannya Kodikau pada tanggal 15 Juli 1952. Namun dari hasil serasehan beberapa sesepuh TNI AU, disadari bahwa hari jadi suatu Komando atau Kesatuan di lingkungan ABRI tideak harus didasatkan pada Surat Keputusan atau acara resmi yang dipersiapkan, namun harus pada momentum yang memiliki nilai sejarah yang lebih tinggi. Dan kegiatan pendidikan di lingkungan TNI AU ditandai dengan dibukanya Sekolah Penerbang pada tanggal 15 November 1945 di Yogyakarta. Saat itulah dianggap sebagai peristiwa bersejarah dalam menyiapkan putra-putri angkasa dan memberikan andil yang tidak sedikit dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kemudian diterbitkan Surat Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Nomor : Kep/32/VII/1978 tanggal 2 Juli 1978 yang menetapkan bahwa pada tanggal 15 November 1945 sebagai Hari Komando Pendidikan TNI Angkatan Udara.
Visi : Terwujudnya Lembaga Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan Angkatan Udara yang Modern dan Profesional.
Misi :
1. Menyelenggarakan pembinaan doktrin sebagai rujukan dalam pendidikan, latihan, dan operasi.
2. Menyelenggarakan pembinaan manajemen pendidikan yang modern dan profesional.
3. Membentuk dan mengembangkan kemampuan sumber daya manusia/ personel TNI AU yang berjiwa ksatria, militan, loyal dan profesional.
4. Menyelenggarakan latihan peningkatan kemampuan satuan dalam rangka kesiapan operasi.
Kedudukan
Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan, dan Latihan TNI Angkatan Udara, disebut Kodiklatau adalah Komando Utama Pembinaan TNI Angkatan Udara yang berkedudukan langsung dibawah Kasau.
Tugas
Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan, dan Latihan TNI Angkatan Udara, disebut Kodiklatau bertugas menyelenggarakan pembinan doktrin, pendidikan, latihan, dan pengkajian dalam rangka mendukung tugas TNI Angkatan Udara.
Kodiklatau mempunyai lambang yang berbunyi “Vidyasana Viveka Vardhana yang berarti“ Tempat Pengembangan Pengetahuan dan Kesiagaan.”